Selasa, 26 Maret 2013

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK WILAYAH LAHAN KERING KABUPATEN NAGEKEO PROPINSI NTT

 
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK WILAYAH LAHAN KERING KABUPATEN NAGEKEO PROPINSI NTT

O
L
E
H

                                   NAMA                       : MARIA KAROLINA DEKO
                                   NIM                            : 1005036026
                                   SEMESTER              : VI ( ENAM )
                       PRODI                       : ILMU PETERNAKAN




FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2013




TINJAUAN PUSTAKA

Kabupaten Nagekeo terletak di Pulau Flores Nusa Tenggara Timur dengan luas wilayah 1.416,96 km2 dan berpenduduk 132.458 jiwa (tahun 2008). Kabupaten Nagekeo terletak di sebelah barat dari Pulau Flores dengan ibukota kabupaten adalah Mbay. Kabupaten Nagekeo dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007. Wilayah Kabupaten Nagekeo terdiri dari 7 kecamatan yang meliputi 78 desa dan 15 kelurahan (data tahun 2008). Kecamatankecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Nagekeo meliputi Kecamatan Mauponggo, Kecamatan Keo Tengah, Kecamatan Nangaroro, Kecamatan Boawae, Kecamatan Aesesa, Kecamatan Aesesa Selatan, dan Kecamatan Wolowae (BPS Kabupaten Nagekeo, 2009).
Kabupaten Nagekeo tergolong daerah yang beriklim tropis dan terbentang hampir sebagian besar padang rumput, juga ditumbuhi pepohonan seperti kemiri, asam, kayu manis, lontar dan sebagainya serta kaya dengan fauna, antara lain hewan-hewan besar, hewan-hewan kecil, unggas, binatang menjalar, dan binatang liar. Potensi padang penggembalaan pada enam kawasan yang meliputi sembilan desa di Kabupaten Nagekeo. Perkembangan ternak di Kabupaten Nagekeo mengalami penurunan, dimana pada tahun 2007 populasi ternak besar adalah sebagai berikut: sapi 21.803; kerbau 7.748; dan kuda 4.402 ekor. Sementara untuk 3 jenis ternak kecil terdiri dari kambing sebanyak 39.365 ekor dan domba sebanyak 3.572 ekor, sedangkan populasi babi sebanyak 54.000 ekor (BPS Kabupaten Nagekeo, 2009).
Secara geografis Kabupaten Nagekeo terletak antara 8026’16,12” LS – 8054’40,24” LS dan 12105’19,52” BT – 121031’30,94” BT. Bagian utara berbatasan dengan Laut Flores, bagian selatan berbatasan dengan Laut Sawu, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Ende dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Ngada. Sedangkan wilayah dengan ketinggian tanah dari permukaan laut 0 – 250 m seluas 30,72%; 251 – 500 m seluas 34,84%; 501 – 750 m seluas 15,86%; 751 – 1000 m seluas 10,75%; lebih tinggi dari 1000 m seluas 7,83%. Kondisi iklim yang sejuk dan ketersediaan hijauan yang relatif besar sangat cocok bagi pengembangan ternak sapi. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Nagekeo adalah 121,92 mm/thn dengan rata-rata hari hujan adalah 100 hari/tahun (BPS Kabupaten Nagekeo, 2009).

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai sentra peternakan nasional berbasis lahan kering. Pengembangan peternakan berbasis lahan kering di daerah beriklim kering seperti NTT juga bisa dijadikan model pembangunan peternakan di masa mendatang. Model ini akan efektif menekan angka kemiskinan dan pengangguran serta mengurangi ketergantungan terhadap ternak impor dan mendorong kemandirian pangan nasional. Hal itu terungkap dalam seminar dan lokakarya nasional Pengembangan Industri Peternakan Berkelanjutan Berbasis Sistem Pertanian Lahan Kering Menuju Kemandirian Pangan Nasional yang digelar Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang bersama harian Suara Pembaruan (SP) di Kupang, NTT, Jumat (2/12). Seminar yang dipandu Pemimpin Redaksi SP dan Investor Daily Primus Dorimulu itu menghadirkan pembicara Rektor Undana Frans Umbu Datta, Gubernur NTT Frans Lebu Raya, Ketua Komite Tetap Agribisnis Peternakan Kadin Indonesia Juan Permata Adoe, serta Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Kementan Bess Tiesnamurti.
Kabupaten Nagekeo juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sentra peternakan berbasis lahan kering. Kabupaten Nagekeo terletak di Pulau Flores Nusa Tenggara Timur dengan luas wilayah 1.416,96 km2 dan berpenduduk 132.458 jiwa (tahun 2008). Kabupaten Nagekeo terletak di sebelah barat dari Pulau Flores dengan ibukota kabupaten adalah Mbay. Kabupaten Nagekeo dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007. Wilayah Kabupaten Nagekeo terdiri dari 7 kecamatan yang meliputi 78 desa dan 15 kelurahan (data tahun 2008).
Kabupaten Nagekeo tergolong daerah yang beriklim tropis dan terbentang hampir sebagian besar padang rumput, juga ditumbuhi pepohonan seperti kemiri, asam, kayu manis, lontar dan sebagainya serta kaya dengan fauna, antara lain hewan-hewan besar, hewan-hewan kecil, unggas, binatang menjalar, dan binatang liar. Potensi padang penggembalaan pada enam kawasan yang meliputi sembilan desa di Kabupaten Nagekeo. Perkembangan ternak di Kabupaten Nagekeo mengalami penurunan, dimana pada tahun 2007 populasi ternak besar adalah sebagai berikut: sapi 21.803; kerbau 7.748; dan kuda 4.402 ekor. Sementara untuk 3 jenis ternak kecil terdiri dari kambing sebanyak 39.365 ekor dan domba sebanyak 3.572 ekor, sedangkan populasi babi sebanyak 54.000 ekor (BPS Kabupaten Nagekeo, 2009).
Dalam laporan ini akan dibahas mengenai pengidentifikasian karakteristik wilayah lahan kering dari Kabupaten Nagekeo yang terdiri dari luas wilayah, curah hujan, suhu, iklim, proporsi wilayah perairan dan daratan, sebaran wilayah menurut topografi, tataguna atau peruntukan lahan, populasi ternak menurut jenisnya, jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan, cara beternak, serta sumber dan cara pengadaan pakan bagi ternak sapi.

1.2  TUJUAN
Agar mahasiswa dan mahasiswi dapat mengetahui kondisi riil lingkungan lahan kering  dan karakteristik wilayah di Kabupaten Nagekeo.






BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN


A.    BATASAN WILAYAH
Kabupaten Nagekeo terdiri dari 7 buah kecamatan, 78 buah desa dan 15 kelurahan. Dengan luas wilayah 1.416,96 Km2 dan dihuni oleh 132.458 jiwa pada tahun 2008. Pada tahun 2008 ini kecamatan yang paling luas adalah kecamatan Aesesa dengan luas wilayahnya mencapai 432,29 Km2. Atau 30,51 persen dari keseluruhan luas wilayah kabupaten Nagekeo. Kecamatan yang luas wilayahnya paling kecil adalah kecamatan Keo Tengah dengan luas wilayah 65,62 km2. Atau 4,63 persen dari keseluruhan luas wilayah kabupaten Nagekeo (Badan pusat statistik kabupaten ngada 2009, Nagekeo Dalam Angka 2009).

B.     CURAH HUJAN
Jika dilihat hasil pencatatan dari station pengamat hanya yang ada didaerah ini, maka dapat diketahui volume curah hujan tahun 2007. Pada tahun 2007 rata-rata curah hujan di kabupaten Nagekeo tercatat 131 mm. Demikian juga rata-rata jumlah hari hujan di tahun 2007 tercatat sebanyak 8 hari (lihat table 1). Hal ini berpengaruh pada penggunaan tanah pertanian (Badan pusat statistik kabupaten ngada 2009, Nagekeo Dalam Angka 2009).

C.    KONDISI IKLIM
Secara umum, wilayah Nagekeo dipengaruhi oleh angin musim dan beriklim tropis. Musim kemarau mencapai 7 bulan (Mei sampai November), sedangkan musim hujan hanya 5 bulan (Desember sampai April);(Institut Pertanian Bogor; Gambaran Umum Kabupaten Nagekeo).

D.    SEBARAN WILAYAH MENURUT TOPOGRAFI
Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Nagekeo termasuk daerah yang beriklim tropis sehingga perubahan suhu tidak dipengaruhi oleh penggantian musim, tapi ditentukan oleh perbedaan ketinggian dari permukaan laut. Kondisi tersebut merupakan salah satu faktor yang menentukan mata pencaharian penduduk dan jenis tanaman/ternak yang diusahakan dan dipelihara. Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa luas wilayah yang berada diketinggian mencapai 0 – 500 m sebesar 72,16 persen dan yang berada diketinggian 501- 1000 m sebesar 21,74 persen dan 1000 m ke atas sebasar 6,11 persen (Badan pusat statistik kabupaten ngada 2009, Nagekeo Dalam Angka 2009).
Topografi dalam hal ini tingkat kemiringan lereng dapat dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik yang berjarak horizontal 100 m yang mempunyai selisih tinggi 10 m membentuk lereng 10%. Kecuraman lereng 100% sama dengan kecuraman 45º (Arsyad, 1980). Pengaruh dari topografi sangat kompleks, termasuk didalamnya adalah perbedaan tanah, temperatur udara, evapotranspirasi, dan cahaya matahari. Tempat tumbuh dengan topografi yang sama menunjukkan keseragaman yang tinggi terhadap variabilitas lingkaran tumbuh dari tahun ke tahun (Philipson et al.,1971; Oberhuber dan Kofler, 2000). Semakin besar kemiringan lereng menyebabkan peningkatan laju aliran permukaan. Adapun sifat tanah yang mempengaruhi aliran permukaan adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan bawah dan tingkat kesuburan tanah (Arsyad, 1980). Efisiensi penyerapan hara oleh akar lebih baik pada tanah dengan kondisi lembap daripada kering. Selain dipengaruhi oleh kekeringan, air tanah yang berlebihan tanpa drainase dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan. Hal ini disebabkan oleh terhambatnya pengambilan oksigen, absorpsi air dan serapan hara (Rendig dan Taylor, 1989).

E.     POPULASI TERNAK MENURUT JENISNYA
Di Kabupaten Nagekeo memiliki ternak peliharaan, yang terdiri dari ternak besar, ternak kecil dan unggas. Dapat diuraikan jumlahnya, sebagai berikut:
1.      Ternak besar
-          Sapi: 24.624 ekor
-          Kerbau: 6.321 ekor            
-          Kuda: 2.581 ekor
2.      Ternak kecil
-          Kambing: 28.743 ekor
-          Domba: 3.868 ekor
-          Babi: 59.721 ekor
3.      Unggas: 263.661 ekor
(Badan pusat statistik kabupaten ngada 2009, Nagekeo Dalam Angka 2009, Dinas pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Nagekeo).
Dilihat dari jumlah ternak diatas, dapat dikatakan bahwa Kabupaten Nagekeo mempunyai peluang yang sangat besar untuk pengembangan peternakan, meskipun daerahnya beriklim tropis, dimana kaitannya dengan ketersediaan pakan untuk ternak tersebut, terutama ternak babi dan ternak sapi. Dan dimana produksi pakan di padang penggembalaan ditentukan oleh beberapa faktor seperti iklim, pengelolaan, kesuburan tanah, pemeliharaan dan tekanan penggembalaan (Reksohadiprodjo, 1994).

F.     JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS PEKERJAAN
Pembangunan sektor kependudukan memiliki posisi yang amat strategis mengingat kepada penduduklah semua proses pembangunan itu akhirnya bermuara. Pembangunan di sektor lain amat dipengaruhi keberhasilan dalam pembangunan di sector kependudukan. Sebab, penduduk tidak saja sebagai objek pembangunan atau sebagai pelaku tapi juga sebagai subjek atau penikmat pembangunan. Dengan demikian, pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan baru dapat dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti luas yaitu kualitas fisik maupun non fisik yang melekat pada diri penduduk itu sendiri.
Dalam masalah kependudukan ada tiga determinan yang perlu mendapat perhatian. Pertama, secara kuantitas penduduk Kabupaten Nagekeo tetap bertambah banyak. Kedua, kuantitas yang banyak tidak akan bermakna kalau tidak diimbangi dengan kualitas. Karena itu salah satu agenda pembangunan kita adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan ketahanan budaya. Determinan yang ketiga adalah mobilitas atau perpindahan penduduk. Mobilitas dilihat sebagai suatu wahana atau proses agar kuantitas itu bisa diatur secara merata dalam pengertian kesejahteraan sehingga kualitas penduduk dapat ditingkatkan. Keadaan penduduk yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah.
Jumlah penduduk Kabupaten Nagekeo adalah 132.458 jiwa pada tahun 2008 (Badan pusat statistik kabupaten ngada 2009, Nagekeo Dalam Angka 2009; Sumber: Registrasi Penduduk 2008). Jumlah penduduk yang besar itu, juga diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar itu jika diikuti dengan tingkat kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut hanya sebagai beban pembangunan.
Jenis pekerjaan yang terdapat di Kabupaten Nagekeo adalah sebagai berikut:
·         PNS: 2.602 jiwa (sumber: BK- DIKLAT Kab. Nagekeo, BPS Kab. Ngada 2009, Nagekeo Dalam Angka 2009).
·         Primer (pertanian): 39.146 jiwa.*
·         Sekunder (pertambangan dan penggalian, industri, listrik, gas dan air, kontruksi): 8.580 jiwa.*
·         Tersier (perdagangan, angkutan, keuangan dan jasa): 6.801 jiwa.*
*)sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SARKENAS) 2008, BPS Kab. Ngada 2009, Kab. Nagekeo Dalam Angka 2009.

G.    TATAGUNA ATAU PERUNTUKAN LAHAN
Lahan di Kabupaten Nagekeo digunakan untuk lahan tanaman pangan, lahan tanaman perkebunan, kawasan hutan, peternakan dan perikanan.
1.      Tanaman Pangan
a. Padi Sawah, Pada tahun 2008 luas panen padi sawah sebesar 6.607 ha; sedangkan produksi padi sawah pada tahun 2008 tercatat 31.506 ton.
b. Padi Ladang / Gogo, Produksi padi ladang/gogo pada tahun 2008 tercatat 4.005 ton, dan luas panen padi ladang/gogo pada tahun 2008 tercatat 2.137 ha.
c. Jagung, Luas panen tanaman jagung yang tercatat pada tahun 2008 sebesar 6.072 ha, demikian juga dengan produksi jagung pada tahun 2008 ini tercatat 14.179 ton.
(sumber:BPS Kab.Ngada 2009, Kab. Nagekeo Dalam Angka 2009)
Dari uraian diatas, menggambarkan bahwa naik atau turunnya produksi tanaman bahan makanan sangat ditentukan oleh luas panen. disamping itu juga penggunaan pupuk, benih dan pola pengusahaan dan curah hujan turut mempengaruhi produksi tanaman bahan makanan ini.

2.      Tanaman Perkebunan
Sub sektor perkebunan juga turut berpengaruh dalam pengembangan pertanian baik di tingkat regioanl maupun nasional. Tanaman perkebunan merupakan tanaman perdagangan yang cukup potensial dalam menunjang perekonomian di daerah ini. Tujuh komoditi unggulan sektor perkebunan adalah kopi, kelapa, coklat, vanili, cengkeh, kemiri, dan jambu mete. dilihat dari produksinya maka tanaman kelapa menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 3.654 ton, kemudian disusul tanaman kemiri menempati posisi kedua yaitu sebesar 1.696 ton.

3.      Kawasan Hutan
Pemerintah Provinsi NTT telah menetapkan hasil pemadu serasian dengan Keputusan Gubernur NTT Bernomor 46 Tahun 1996. Ada tiga hal pokok yang diatur dalam Keputusan Ini yakni :
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Prov. NTT dan Rencana Tata Guna Hutan Kesepakatan yang dijabarkan dalam Peta.
2. Hasil Pemaduserasian Ini Menjadi Acuan Tunggal Bagi Informasi Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang Wilayah NTT.
3. Hasil Pemadu Serasian Rencana Tata Ruang Wilayah NTT dan Rencana Tata Guna Hutan Kesepakatan Sesuai dengan Fungsinya.
Tujuan dari ketiga hal pokok diatas adalah untuk kelestarian dan melindungi hutan yang ada di wilayah NTT. Bertolak dari keputusan tersebut, maka untuk kabupaten Nagekeo luas hutan yang terkonsentrasi seluas 36.137,45 ha yang terdiri dari hutan lindung seluas 4.734,60 ha (13,09 %); hutan produksi tetap 17.091,55 (47,25 %); hutan produksi yang dikonversi 13.145,90 ha (36,34 %) dan hutan bakau sebesar 1.201,40 ha (3,32%).

4.      Lahan Peternakan
Pada prinsipnya pembangunan sub sector peternakan diarahkan untuk meningkatkan populasi ternak dan diversifikasi ternak yang bertujuan meningkatkan pendapatan peternak. Perkembangan ternak di kabupaten Nagekeo mengalami penurunan, dimana pada tahun 2007 populasi ternak besar adalah sebagai berikut : sapi 21.803 ; kerbau 7.748; dan kuda 4.402 ekor. Sementara untuk 3 jenis ternak kecil kambing sebanyak 39.365 ekor dan domba sebanyak 3.572 ekor. sedangkan populasi babi sebanyak 54.000 ekor. Masyarakat Nagekeo dalam usaha untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga, juga berusaha untuk memelihara unggas seperti ayam dan itik yakni sebanyak 236.041 ekor.

5.      Luas lahan padang penggembalaan: 16.987 ha

6.      Luas lahan kering: 80.943 ha, penggunaan lahan kering: 36.721 ha (Tegal : 34.923 ha dan untuk Ladang: 1.798 ha)
( sumber: Dinas pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Nagekeo, BPS Kab, Ngada 2009; Kab. Nagekeo Dalam Angka 2009).

H.    CARA BETERNAK SERTA SUMBER DAN CARA PENGADAAN PAKAN BAGI TERNAK SAPI
Cara beternak Di Kabupaten Nagekeo terdiri dari tiga system, yaitu sistem ekstensif, semi intensif dan intensif (khusus ternak unggas dan ternak babi). Sedangkan untuk ternak besar masih dalam lingkup sistem ekstensif dan semi intensif.
Sumber pakan yang diberikan bagi ternak sapi yaitu dari padang penggembalaan dan kebun hijauan makanan ternak. Cara pengadaan pakan bagi ternak sapi yaitu dengan cara membiarkan ternak makan sendiri di padang penggembalaan, memotong rumput dari kebun HMT dan memberikannya pada ternak (untuk pemeliharaan sistem semi intensif).



BAB III
PENUTUP


3.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan pada bab III dapat diambil kesimpulan bahwa, wilayah Kabupaten Nagekeo memiliki potensi yang baik untuk pengembangan Peternakan dan Pertanian. Hal ini dapat dilihat dari jumlah ternak dan luas lahan di kabupaten Nagekeo. Dan juga luas lahan kering, sekitar 44.222 ha tidak digunakan. Sehingga lahan ini dapat dimanfaatkan untuk daerah lahan kering yang bermanfaat. Namun hal ini tergantung dari peran pemerintah dan masyarakat yang menghuni wilayah Kabupaten Nagekeo tersebut.

3.2 SARAN
Pemerintah perlu bekerjasama dengan masyarakat sekitar agar lahan kering yang tidak digunakan tersebut dapat digunakan untuk lahan pertanian maupun peternakan, melalui peningkatan SDM masyarakat, seperti penyuluhan dan kerja lapangan.



DAFTAR PUSTAKA

Badan pusat statistik kabupaten ngada 2009, Nagekeo Dalam Angka 2009, Dinas pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Nagekeo).
Badan pusat statistik kabupaten ngada 2009, Nagekeo Dalam Angka 2009.
(http:// Tinjauan Pustaka.com) Institut Pertanian Bogor; Gambaran Umum Kabupaten Nagekeo.
Mangut Imam, S. 2003. Strategi Pengembangan Peternakan yang berkesinambungan, Proc. Sminar Nasional. Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak, Bogor.
Philipson et al.,1971; Oberhuber dan Kofler, 2000 Keadaan Topografi.
Pusat  Penelitian Dan Pengembangan Peternakan. 1990. Informasi Teknis Peternakan. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian.
Survei Angkatan Kerja Nasional (SARKENAS) 2008, BPS Kab. Ngada 2009, Kab. Nagekeo Dalam Angka 2009.
Sinar Tani.1996. “Budi Daya Rumput Gajah untuk Pakan Ternak.” dalam: Menuju Pertanian Tangguh. Departemen Pertanian.



DAFTAR TABEL


TABEL 1. Rata-rata Curah Hujan di Kab. Nagekeo Menurut Bulan 2007
NO
BULAN
KABUPATEN NAGEKEO
HARI HUJAN (hari)
CURAH HUJAN
(mm)
1
Januari
7
80
2
Pebruari
10
163
3
Maret
11
111
4
April
9
158
5
Mei
2
21
6
Juni
11
508
7
Juli
10
60
8
Agustus
6
146
8
September
3
20
10
Oktober
4
45
11
Nopember
6
119
12
Desember
13
136
Rata-rata
8
131
Sumber/Source : Dinas Pertanian Ngada; BPS Kab, NAGEKEO DALAM ANGKA 2009










TABEL 2. Topografi Kabupaten Nagekeo Menurut Ketinggian 2007 *)
NO
KETINGGIAN
LUAS (HA)
PRESENTASE (%)
1
0 - 250
93.316
30.72
2
251 - 500
105.857
34.84

3
501 - 750
48.169
15.86

4
751 - 1000
32.665
10.75

5
> 1000
23.781
7.83
JUMLAH
303.788
100.00
*) Termasuk Kabupaten Ngada.