Kamis, 05 Juli 2012

IDENTIFIKASI PAKAN TERNAK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi ternak adalah tersedianya pakan yang berkesinambungan baik kualitas maupun kuantitasnya. Bagi ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba hijauan merupakan pakan utama yang harus diberikan.
Makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Termaksud dalam kelompok hijauan ini meliputi bangsa rumput (gramineae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka, daun bamboo, daun waru dan lain sebagainya. Hijauan sebagai bahan makanan ternak biasa diberikan dalam dua macam bentuk, yakni hijauan segar dan hijauan kering.
·         Hijauan segar adalah bahan makanan yang berasal dari hijauan yang diberikan dalam bentuk segar, termaksud didalamnya yakni: leguminosa segar dan silase.
·         Hijauan kering adalah bahan makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja dikeringkan (hay) atau jerami kering.
Sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan sangat penting, karena hijauan:
·         Mengandung hampir semua nutrient yang diperlukan hewan,
·         Khususnya di Indonesia bahan tersebut memegang peranan istimewa, karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah yang besar.
Salah satu upaya yang dilakukan guna penyediaan bahan pakan sumber hijauan secara berkesinambungan yang terjamin dalam hal kuantitas maupun kualitasnya dapat dimulai dengan melakukan identifikasi pakan yang berada di daerah dimana akan dilaksanakannya usaha pemeliharaan dan pengembangan ternak.

1.2  TUJUAN

1.      Pengenalan jenis hijauan (rumput dan legume serta sumber protein pakan ternak dalam bentuk tepung) sebagai bahan pakan bagi ternak khususnya ternak ruminansia.
2.      Melakukan identifikasi jenis hijauan (rumput dan legume yang ada di lingkungan ternak atau kandang).



1.3  MANFAAT

1.      Mengetahui jenis-jenis pakan hijauan dan leguminosa yang dapat diberikan untuk ternak, khususnya ternak ruminansia,
2.      Mengetahui kandungan nutrient yang terdapat dalam pakan ternak tersebut,
3.      Mengetahui zat-zat toksik yang terkandung dalam pakan hijauan dan leguminosa yang dapat membahayakan ternak yang mengkonsumsinya,
4.      Mengetahui cara-cara menghilangkan zat-zat toksik yang terkandung dalam pakan hijauan dan leguminosa, sehingga dapat diberikan kepada ternak dan tidak menimbulkan keracunan bagi ternak.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya dan bermanfaat bagi ternak, oleh karena itu apa yang disebut pakan adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi persyaratan tersebut di atas dan tidak menimbulkan keracunan bagi ternak yang memakannya (Kamal, 1994). Kebutuhan pakan terkait erat dengan jenis ternak, umur ternak, tingkat produksi. Konsumsi bahan kering (DW) pakan ditentukan oleh tubuh ternak. Macam ransum, umur, penyakit, lingkungan, kondisi ternak dan defisiensi nutrient tertentu (Tillman,1998).
Secara garis besar bahan pakan dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu hijauan segar dan hijauan kering. Hijauan segar meliputi semua pakan yang diberikan berupa hijauan segar kepada ternak baik rumput alami maupun rumput budidaya, contohnya rumput segar. Hijauan kering dan jerami kering. Berupa hijauan pakan yang sengaja dipanen dan dikeringkan, dan juga berbagai jerami kering. Mengandung serat kasar > 18 % dan dinding sel yang tinggi > 35 % dalam bahan kering. Rendah kandungan energi, contohnya; hai rumput, hai hijauan, dan jerami kering.
Selain hijauan kering dan hijauan segar, adapun pakan ternak yang disediakan dalam bentuk tepung sebagai sumber protein (konsentrat protein). Mengandung protein kasar > 20 %, contohnya tepung ikan, tepung kedelai, tepung lamtoro, tepung bekicot, tepung gamal, bungkil kelapa, tepung putak dan tepung kacang hijau. Sumber mineral (konsentrat mineral) meliputi berbagai bahan pakan yang tinggi kandungan mineralnya, contohnya tepung mineral organik (Zn-Cu ISOLEUNAT).






BAB III
MATERI DAN METODE


3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Waktu praktikum bahan pakan dan formulasi ransum dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 14 Juni 2012 di Laboratorium Kimia Pakan Fapet Undana pukul 08.00 sampai selesai.
3.2 BAHAN DAN ALAT
·         Alat tulis menulis,
·         Kamera untuk mengambil gambar tanaman hijauan (rumput, non rumput dan legume),
·         Kantong plastic untuk menyimpan jenis hijauan yang akan diidentifikasi,
·         Gunting atau pisau untuk memotong sample hijauan yang akan diidentifikasi.
·         Bahan pakan sebagai sumber protein yang disediakan dalam bentuk tepung.
3.3 PROSEDUR KERJA
·         Siapkan segala peralatan yang diperlukan,
·         Lakukan pengamatan terhadap terhadap jenis-jenis hijauan yang ada disekitar kandang atau laboratorium pakan Fapet Undana (dua jenis rumput, dua jenis legume dan dua jenis tanaman lainnya),
·         Ambil gambar tanamannya,
·         Ambil cuplikan hijauan dari jenis hijauan yang telah diamati,
·         Lakukan identifikasi dan tuliskan nama dan sistematika dari tanaman hijauan tersebut (Phylum, Suphylum, Classis, Ordo, Sub ordo, Familia, Subfamilia, Genus, Spesies).
·         Melakukan identifikasi zat-zat antinutrisi, pengaruhnya terhadap ternak yang mengkonsumsinya, serta mencaritahu bagaimana cara mengeliminir zat-zat antinutrisi yang terdapat dalam pakan ternak tersebut.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Banyak jenis hijauan makanan yang umum diberikan sebagai pakan ternak. Pengenalan aneka hijauan pakan ternak yang meliputi rumput-rumputan dan legume serta pakan sumber protein yang disediakan berupa tepung, merupakan bahasan utama dalam bab ini.
A.    Rumput – Rumputan
Jenis-jenis rumput yang umum diberikan sebagai hijauan makanan ternak adalah sebagai berikut:
1.      Rumput Raja atau King grass (Pennisetum purpureophoides)
ü  Phylum: Spermatophyta
ü  Suphylum: Angiospermae
ü  Classis: Monocotyledoneae
ü  Ordo:Glumiflorae
ü  Sub ordo: -
ü  Familia: Gramineaea
ü  Subfamilia: Pennisetum
ü  Genus:Peninisetum
ü  Spesies: Pennisetum purpureum
Rumput raja mempunyai karakteristik tumbuh tegak berumpun-rumpun, ketinggian dapat mencapai ≤ 4meter, batang tebal dan keras, daun lebar agak tegak, dan ada bulu agak panjang pada helaian daun dekat ligula. Permukaan daun luas dan tidak berbunga kecuali jika ditanam didaerah dingin. Rumput raja dapat tumbuh pada tanah yang subur di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan curah hujan tahunan ≥ 100mm. Produksi hijauan rumput raja dua kali lipat dari produksi rumput gajahyaitu dapat mencapai 40 ton rumput segar per hektar sekali panen atau antara 200-250 ton rumput segar perhektar per tahun.

2.      Rumput Grinting (Cynodon dactylon)
Phylum: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Suphylum: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Classis: Monocotyledoneae
Ordo: Poales
Sub ordo: Commelinidae
Familia: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Subfamilia: Cynodon
Genus:Cynodon
Spesies: Cynodon dactylon (L.) Pers.
Cynodon dactylon dapat dideskripsikan: tanaman tahunan yang berstolon, merumput dengan rimpang bawah tanah menembus tanah sampai kedalaman 1m atau lebih bahkan ada literature yang menjelaskan sampai padakedalaman 2 m. Lamina melancip-memita, berlapis lilin putihkeabu-abuan tipis di permukaan bawah, gundul atau berambut padapermukaan atas. Pelepah daun panjang, halus, berambut atau gundul;ligula tampak jelas berupa cincin rambut-rambut putih. Bunga tegak,seperti tandan. Bijinya membulat telur, kuning sampai kemerahan. Habitatnya Cynodon dactylon adalah tumbuh paling bagus pada suhu di atas 24 °C. Jenis initoleran terhadap kekeringan. Tumbuh paling baik pada tanahberdrainase baik tetapi toleran terhadap banjir yang berkepanjangan.Toleran terhadap kisaran pH tanah yang luas, tetapi pH optimal adalahdi atas 5.5. Juga toleran terhadap kesuburan tanah yang rendah tetapitidak toleran terhadap naungan. Penyebarannya selaindari akar yang dapat membuat rimpang dengan cepat juga melalui buah.Penyebaran buah ini yang dapat meluas.
B.     Legum Pohon
Hijauan legume sangat penting dalam ransum pakan ternak, karena merupakan sumber gizi dan sebagai persediaan pada musim kemarau saat rumput sulit didapat.

1.      Lamtoro atau petai cina (Leucaena leucocephala)
ü  Phylum: Spermatophyta
ü  Suphylum: Angiospermae
ü  Classis: Dicotyledoneae
ü  Ordo:Leguminates
ü  Sub ordo: -
ü  Familia: Leguminoceae
ü  Subfamilia: Papilionadeae
ü  Genus:Leucaena
ü  Spesies: Leaucaena leucocephala
Zat antinutrisi: Lamtoro termasuk hijauan yang bernilai gizi tinggi namun pemanfaatannya sebagai pakan ternak pemberiannya perlu dibatasi . Lamtoro mengandung zat anti nutrisi yaitu:
·         Asam amino non protein yang disebut mimosin, yang dapat menimbulkan keracunan atau gangguan kesehatan apabila dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama.
·         Asam sianida (HCN) yang berpengaruh buruk karena dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan kelenjar tiroid pada ternak dan keracunan akut (mematikan) dan keracunan kronis. Pada dosis rendah HCN yang masuk dalam tubuh ternak dalam jangka waktu yang cukup lama dapat menurunkan kesehatan ternak .
·         Tanin yang dapat menurunkan palatabilitas pakan lain penurunan kecernaan protein. Namun adanya sejumlah tanin dalam lamtoro dapat mencegah kembung dan melindungi degradasi protein yang berlebihan oleh mikroba rumen .
Cara mengeliminir zat-zat antinutrisi:
·         Pencampuran hijauan ini ke dalam hijauan lainnya adalah salah satu cara mengurangi resiko keracunan pada ternak ruminansia.
·         Proses pemanasan (pengeringan atau pelayuan) dapat meningkatkan pemecahan mimosin menjadi DHP yang kurang toksik bahwa pengeringan sebaiknya dilakukan pada suhu antara 55-700C, bila lebih tinggi dari 70°C menyebabkan terjadinya denaturasi enzim . Perendaman lamtoro di dalam air panas pada suhu 60°C selama 3 menit dapat mengubah mimosin menjadi DHP hanya terjadi pada daun, sedangkan pada tangkai daun tidak terjadi penurunan .
·         Dianjurkan penggunaan lamtoro segar sebagai pakan tambahan tidak lebihdari 40% dan 60% hijauan lamtoro bila diberikan dalam keadan kering cincang.
2.      Gamal (Gliricidia sepium)
ü  Phylum: Spermatophyta
ü  Suphylum: Angiospermae
ü  Classis: Dicotyledoneae
ü  Ordo:Leguminates
ü  Sub ordo: -
ü  Familia: Leguminoceae
ü  Subfamilia: Papilionadeae
ü  Genus:Gliricidia
ü  Spesies: Gliricidia sepium
Zat antinutrisi: Gamal atau Gliricidia sepium adalah tanaman leguminosa pohon yang dapat tumbuh dengan cepat didaerah tropis. Dapat tumbuh pada berbagai macam tipe tanah dan pH rendah sampai tinggi (4,5-6,9)m serta tahan terhadap curah hujan yang rendah sampai tinggi (50-100mm/bln). Walaupun sangat bermanfaat bagi ternak, tingkat racun dalam gamal juga sudah dikenal sejak lama karena gamal mengandung  HCN, leumarin dan tannin. Pengaruh terhadap ternak yang mengkonsumsi terjadinya penurunan bobot badan , penurunan kecernaan protein dan dapat menimbulkan keracunan pada ternak.
Cara mengeliminir zat antinutrisi: dilayukan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada ternak. Beberapa literatur menyebutkan pelayuan selama 12 – 24 jam terbukti meningkatkan kuantitas asupan pakan.




C.     Pakan Non Rumput Dan Non Legum
Pakan ini juga dapat diberikan pada ternak sebagai pakan tambahan, antara lain sebagai berikut:
1.      Daun Singkong
Daun singkong mengandung zat gizi tinggi dan dapat dijadikan sebagai pakan pokok maupun tambahan terutama untuk ternak ruminansia. Pemberian daun singkong sebagai pakan tambahan dapat mencapai pertumbuhan bobot badan yang tinggi . Untuk ternak non ruminansia misalnya babi dianjurkan pemberian tepung daun singkong dalam ransum sampai dengan tingkat 15% adalah lebih ekonomis .  Oleh karena daun singkong mengandung asam sianida, maka pemberiannya pada ternak adalah pada batas-batas tertentu.

Cara mengelimir zat antinutrisi: Kandungan asam sianida dalam daun singkong dapat dikurangi melalui proses penguapan (pengeringan, pelayuan dan penyimpanan lama)selama 72 jam, pelarutan dalam air (perendaman atau pencucian), perebusan serta fermentasi . Di samping itu penambahan unsur S dan vitamin B 12 juga dapat menurunkan pengaruh racun asam sianida.
Dengan bantuan enzim rhodanase sianida yang terbentuk akan clikeluarkan melalui urine.  Selain itu vitamin B 12 juga dapat membantu mengurangi toksisitas asam sianida dengan cara mengubahnya melalui jalur Cyanocobalamine.

2.      Daun papaya


D.    Pakan Sumber Protein Dalam Bentuk Tepung
1)      Tepung Ikan
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk membuat tepung ikan dari ikan segar. Cara yang paling sederhana yaitu dilakukan penjemuran dibawah sinar matahari. Metode ini dibeberapa wilayah masih digunakan dimana kualitas produknya lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan teknik modern. Sebagian besar proses pembuatan tepung ikan melalui tahap
o   Pemanasan: Ketika ikan dipanaskan, sebagian besar air dan minyak akan hilang. Air dan minyak ini juga dapat hilang pada saat dilakukan pengepresan.
o   Pengepresan: Pada tahap ini terjadi pemindahan sebagian minyak dan air. Ikan berada dalam tabung yang berlubang, hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan tekanan dengan bantuan sekrup.
o   Pengeringan: Ada dua jenis alat pengering, yaitu alat pengering langsung dan alat pengering tidak langsung. Pengeringan langsung menggunakan suhu yang sangat panas, yaitu sampai 500oC. Metode ini membutuhkan waktu yang singkat, tapi akan menyebabkan kerusakan yang lebih tinggi jika prosesnya tidak dilakukan secara hati-hati. Tepung sebaiknya tidak dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi, karena penguapan air yang cepat menyebabkan kondisi ikan mendingin, secara normal produk dipanaskan pada suhu 100oC.
o   penggilingan menggunakan mesin yang telah dirancang sebelumnya: Langkah terakhir yang dilakukan dalam pembuatan tepung ikan adalah penggilingan untuk memecahkan gumpalan-gumpalan atau partikel dari tulang dan dilakukan pengemasan tepung ikan untuk selanjutnya dilakukan penyimpanan di dalam silo. Dari tempat industri pengolahan tepung ikan, tepung ikan yang sudah siap jual kemudian ditransportasikan.
Meskipun prosesnya sederhana, akan tetapi pada prinsipnya membutuhkan keterampilan dan pengalaman khusus untuk menghasilkan produk tepung ikan dengan mutu tinggi.

2)      Tepung Bekicot
Tepung bekicot merupakan usaha pengolahan daging bekicot supaya pemanfaatannya lebih luas, terutama sebagai bahan tambahan pada makanan bayi. Penggunaan lain adalah untuk bahan campuran pembuatan kerupuk dan makanan lain.
Cara pembuatan tepung bekicot:
1.      Potong tipis daging bekicot siap olah;
2.      Keringkan dengan sinar matahari selama 16 jam atau menggunakan oven dengan suhu 500 ~ 550 C selama 6 jam. Pengeringan dianggap selesai bila daging bekicot dapat dipatahkan dengan tangan;
3.      Tumbuk sampai halus, kemudian ayak sampai diperoleh tepung bekicot.
3)      Tepung Mineral Organik (Zn-Cu ISOLEUSINAT)
Dengan cara "chelating" garam metal terlarut dengan asam amino atau hidrolisat protein.
Zn merupakan salah satu jenis mikro mineral esensial yang mempunyai peranan dalam regulasi berbagai reaksi metabolisme dalam tubuh ternak. Seng juga merupakan salah satu mikro nutrien yang tidak beracun yang tersebar merata dalam jaringan tubuh yang sangat penting bagi semua hewan, karena terlibat dalam berbagai aktivitas enzim yang ada hubungannya dengan metabolism karbohidrat, energi dan sintesa protein serta asam nukleat.  Disamping itu Zn juga terlibat dalam enzim yang berfungsi untuk transport CO2 dan karboksi peptidase yang ada hubungan dengan sekresi protease yang dibutuhkan untuk pencernaan protein dalam usus. Lebih lanjut dinyatakan pula bahwa nilai retensi nitrogen dan nilai hayatinya meningkat pada ternak yang mendapat ransum kecukupan Zn, sehingga nitrogen yang digunakan oleh ternak sapi berdampak pada perbaikan pertumbuhan. Defisiensi Zn dapat menimbulkan defisiensi nutrisi esensial seperti vitamin dan asam lemak yang besar peranannya dalam proses penyerapan zat-zat makanan dan secara keseluruhan akan tercermin pada terjadinya penurunan produktifitas ternak. Seng (Zn) juga berperan dalam mempercepat sintesa protein oleh mikroba melalui pengaktifan enzim-enzim mikroba. Seng diabsorbsi melalui permukaan mukosa jaringan rumen, dan pada konsentrasi rendah (5–10 mg/ml ) Zn menstimulir pertumbuhan ciliata rumen.
sPenambahan Cu juga dapat meningkatkan aktifitas bakteri dalam mencerna serat kasar dan Cu ini dicampurkan dengan Zn. Selanjutnya juga dilaporkan bahwa penambahan Zn dan Cu dapat meningkatkan produksi VFA. Penambahan Zn-Cu proteinat kedalam ransum menurunkan NH3, meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik, namun tidak berpengaruh terhadap produksi VFA. Artinya Zn-Cu proteinat tahan terhadap degradasi oleh mikroba rumen, tetapi dapat dihidrolisis oleh pepsin dipasca rumen. Penambahan Zn-Cu isoleusinat dengan konsentrasi 3000 ppm Zn dan 500 ppm Cu pada level 2 % dapat mengoptimalkan proses fermentasi in vitro. Produk yang dihasilkan disamping menjadi penyedia asam amino dan mineral Zn dan Cu di pasca rumen juga diharapkan dapat menjadi sumber asam lemak bercabang yang dibutuhkan dalam sintesis bakteri selulolitik, sehingga dapat mengoptimalkan kecernaan serat didalam rumen.
4)      Tepung daun Gamal
Untuk memperoleh tepung gamal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.      Bersihkan daun gamal dari tangkainya,
2.      Jemur daun gamal tersebut dibawah sinar matahari,
3.      Penjemuran dapat dihentikan apabila daun gamal tersebut kita remas dan hancur menjadi tepung, dengan demikian kita sudah meperoleh tepung gamal tersebut.
5)      Tepung Jagung
Salah satu cara meningkatkan nilai tambah produk jagung adalah dengan mengolahnya menjadi berbagai macam produk olahan yang bisa tahan lebih lama. Selain sebagai makanan pokok, jagung potensial untuk dikembangkan menjadi aneka produk baik produk olahan dari jagung segar maupun produk setengah jadinya  tepung jagung ( kasar)contohnya tepung jagung kasar:
Proses Pembuatan tepung jagung :
1.)    Jagung pipilan dipilih, yang keropos dibuang. Kemudian dicuci bersih dan ditiris supaya kering.
2.)    Untuk memudahkan pembuangan kulit bagian luar (pericarp) dilakukan perendaman, hal ini penting karena penggilingan jagung utuh akan menghasilkan tepung yang kurang disukai terutama menyangkut tekstur yang kasar.
3.)    Jagung yang sudah direndam kemudian dilakukan penggilingan. Proses penggilingan biasa tidak dapat menghancurkan pericarp, tetapi hanya memecah saja.Perbedaan komposisi antara endosperm dengan pericarp yang kaya serat juga berpengaruh dalam tekstur.


6)      Dedak
Dedak atau nama lainnya bekatul dapat kita peroleh dari sisa hasil penggilingan padi. Dedak tersebut ada yang kasar dan ada yang halus, namun yang biasa diberikan untuk ternak dalam pencampuran ransum adalah dedak halus.
7)      Tepung Daun Lamtoro
Untuk memperoleh tepung lamtoro dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.      Bersihkan daun lamtorodari rantingnya,
2.      Jemur daun lamtoro tanpa dilepas tangkainya dibawah sinar matahari,
3.      Penjemuran dapat dihentikan apabila daun lamtoro tersebut kita remas dan hancur menjadi tepung, dengan demikian kita sudah meperoleh tepung daun lamtoro tersebut.
8)      Bungkil Kelapa
Untuk memperoleh bungkil kelapa, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.      Buah kelapa dibersihkan dari cangkangnya,
2.      Setelah bersih, kelapa tersebut di parut,
3.      Setelah diparut ditambahkan sedikit air lalu diperas.
4.      Hasil perasan dari kelapa tersebut dimasak.
5.      Dalam proses pemasakkan, apabila minyak dari kelapa tersebut sudah terpisah dari ampasnya, maka segera kita angkat dan pisahkan antara ampas dan minyak.
6.      Ampas dari minyak kelapa yang dimasak tersebut diperas lagi untuk memperoleh bungkil kelapa yang kering,
7.      Dengan demikian kita dapat memperoleh bungkil kelapa tersebut.
9)      Tepung Kedelai
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara).
Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species :Glycine max (L.) Merill 
Untuk memperoleh tepung kedelai dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
1.      Kedele utuh disangrai dengan tujuan untuk menghilangkan zat antinutrisi pada kedelai tersebut, yaitu zan antitrypsin. Zat ini dapay menghambat proses kerja dari enzim tripsin pada ternak yang mengkonsumsinya dalam keadaan segar (belum di sangria).
2.      Setelah di sangrai kedelai tersebut digiling menjadi tepung untuk diperoleh tepung kedelai.

10)  Tepung Kacang Hijau
Cara pembuatan tepung kacang hijau:
1.      siapkan bahan ( kacang hijau)
2.      cuci bersih bahan ( kacang hijau)
3.      tiriskan dan jemur sampai kering
4.      setelah kering kita shangrai sebentar bahan ( kacang hijau)
5.      bahan ( kacang hijau) yang sudah dishangrai kita blender atau bisa juga kita tumbuk manual
6.      setelah halus kita saring
7.      sisa disaringan bisa kita blender atau tumbuk kembali sampai halus kemudian saring lagi
8.      ulangi sampai sisa disaringan habis.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa hijauan makanan ternak (rumput dan legume serta pakan sumber protein dalam bentuk tepung) sangat penting bagi pertumbuhan ternak dalam peningkatan bobot badan. Namun dalam pemberiannya perlu diperhatikan secara baik kandungan-kandungan dalam pakan tersebut. Sebab di antara pakan yang telah diuraikan diatas, banyak pakan yang mengandung zat antinutrisi tinggi yang dapat mengakibatkan keracunan bagi ternak yang mengkonsumsunya. Oleh karena itu, Perlu diketahui dan dipelajari tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghilangkan zat antinutrisi tersebut. Sehingga dalam pemberiannya tidak dapat menimbulkan efek yang tidak menguntungkan bagi ternak.
Pakan yang berkualitas baik atau mengandung gizi yang cukup akan berpengaruh baik terhadap ternak tersebut, yaitu tumbuh sehat, cepat gemuk, berkembangbiak dengan baik, jumlah ternak yang mati akan berkurang serta jumlah anak yang lahir dan hidup sehat sampai disapih akan meningkat.
5.2 SARAN
v  Untuk Pengasuh Mata Kuliah Bahan Pakan Dan Formulasi Ransum, agar dapat meneruskan praktikum ini untuk mahasiswa dan mahasiswi pada angkatan-angkatan berikutnya, sehingga mahasiswa dan mahasiswi dapat mengidentifikasi pakan ternak yang berkualitas.
v  Untuk mahasiswa dan mahasiswi, apabila ada praktikum seperti mengidentifikasi bahan pakan ternak, perlu adanya keseriusan dan konsentrasi dalam menjalankan praktek ini, karena sangat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan kita sebagai mahasiswa dan mahasiswi lulusan Fakultas Peternakan.




DAFTAR PUSTAKA

1.      Askar, S. dan Nina Marlina . 1997 . Komposisi kimia beberapa hijauan pakan . Bulletin Teknik Pertanian . 2 (1) : 7 - 11 .
2.      Budiman, H. dan Syamsimar Djamal . 1994 . Hijauan Pakan Ternak. Pusat
Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, Bogor . Hal 19.
3.      Factsheet - Cynodondactylon, http;//indonesia.tropicalforages.info/key/Forages/M...,diunduh 31/05/11 08:00 Plantamor,Grintingan (Cynodondactylon).http;//www.plantamor.com/index.php?plant=438diunduh 01/06/11 09:23 Prohati -Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Indonesia,http;//www.proseanet.org/prohati2/browser.php?do... diunduh 31/05/11 08:26 Wikipedia, the freeencyclopedia. http;//en.wikipedia.org/wiki/Cynodon_dactylondiunduh 31/05/11 07:45 Wong Grinting.Filosofi Grinting,http;//wonkgrinting.blogspot.com/2009/06/filosofi-gr...diunduh 31/05/11 08:35
4.      Haryanto, B. dan A. Djajanegara. 1993 . Pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan ternak ruminansia kecil . Sebelas Maret University Press. HalM192-194. 1 1 4
5.      Jones, R.J. 1979. The value of Leucaena leucocephala as a feed for
ruminants in tropics . World Anim . Rev ., No . 31 . Hal 13-23 .
6.      Lowry, J .B . 1982. Detoxification of leucaena by enzymatic or microbial processes . in Proc. Leucaena Research in the Asian-Pacific Region . IDRC, 211-e . Hal 49-54 .
7.      Manurung, T . 1996 . Penggunaan hijauan leguminosa pohon sebagai sumber protein ransum sapi potong. Jumal Ilmu Ternak dan Veteriner . 1(3) : 143-147 .Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997
8.      Mathius, I.W. 1993 . Tanaman lamtoro sebagai bank pakan hijauan yang berkualitas untuk kambing- domba . Wartazoa . 3(1) : 24-29.
9.      Semali, A . dan I . W. Mathius . 1984. Pengaruh penambahan daun Iamtoro pada ransum domba terhadap konsumsi dan daya cerna ransum . Proc. Domba dan Kambing di Indonesia . Puslitbangnak . Hal 8-11 .
10.  Siregar, B. 1994 . Ransum Ternak Ruminansia . Penebar Swadaya . Jakarta . Hal 16. Sitorus, S .S. 1987 . The effect of Ieucaena suplementation to napier grass and rice straw based diets for growing goats and sheep. Ilmu dan Peternakan . 3(2) : 75-78.
11.  Tangendjaja, B . and J .B. Lowry. 1984 . Peranan enzym di dalam daun lamtoro pada pemecahan mimosin oleh ternak ruminansia. Proc. Pertemuan Ilmiah Penelitian Ruminansia Kecil . Puslitbangnak . Bogor. Hal 12-15.
12.  Toruan Mathius, N . dan D . Suhendi . 1991 . Potensi kultivar Leucaena diversifolia terseleksi sebagai pakan ternak . Menara Perkebunan . 59 (4) : 118-122 .
13.  Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S. Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
14.  Utomo, R dan Soedjono, M. 1999. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.