BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah
satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi ternak adalah tersedianya pakan
yang berkesinambungan baik kualitas maupun kuantitasnya. Bagi ternak ruminansia
seperti sapi, kerbau, kambing dan domba hijauan merupakan pakan utama yang
harus diberikan.
Makanan
hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk
daun-daunan. Termaksud dalam kelompok hijauan ini meliputi bangsa rumput
(gramineae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun
nangka, daun bamboo, daun waru dan lain sebagainya. Hijauan sebagai bahan
makanan ternak biasa diberikan dalam dua macam bentuk, yakni hijauan segar dan
hijauan kering.
·
Hijauan segar adalah bahan makanan yang
berasal dari hijauan yang diberikan dalam bentuk segar, termaksud didalamnya
yakni: leguminosa segar dan silase.
·
Hijauan kering adalah bahan makanan yang
berasal dari hijauan yang sengaja dikeringkan (hay) atau jerami kering.
Sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan
sangat penting, karena hijauan:
·
Mengandung hampir semua nutrient yang
diperlukan hewan,
·
Khususnya di Indonesia bahan tersebut
memegang peranan istimewa, karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah yang
besar.
Salah satu upaya yang dilakukan
guna penyediaan bahan pakan sumber hijauan secara berkesinambungan yang
terjamin dalam hal kuantitas maupun kualitasnya dapat dimulai dengan melakukan
identifikasi pakan yang berada di daerah dimana akan dilaksanakannya usaha
pemeliharaan dan pengembangan ternak.
1.2 TUJUAN
1. Pengenalan
jenis hijauan (rumput dan legume serta sumber protein pakan ternak dalam bentuk
tepung) sebagai bahan pakan bagi ternak khususnya ternak ruminansia.
2. Melakukan
identifikasi jenis hijauan (rumput dan legume yang ada di lingkungan ternak
atau kandang).
1.3 MANFAAT
1. Mengetahui
jenis-jenis pakan hijauan dan leguminosa yang dapat diberikan untuk ternak,
khususnya ternak ruminansia,
2. Mengetahui
kandungan nutrient yang terdapat dalam pakan ternak tersebut,
3. Mengetahui
zat-zat toksik yang terkandung dalam pakan hijauan dan leguminosa yang dapat
membahayakan ternak yang mengkonsumsinya,
4.
Mengetahui cara-cara menghilangkan
zat-zat toksik yang terkandung dalam pakan hijauan dan leguminosa, sehingga
dapat diberikan kepada ternak dan tidak menimbulkan keracunan bagi ternak.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pakan adalah
segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya dan
bermanfaat bagi ternak, oleh karena itu apa yang disebut pakan adalah segala
sesuatu yang dapat memenuhi persyaratan tersebut di atas dan tidak menimbulkan
keracunan bagi ternak yang memakannya (Kamal, 1994). Kebutuhan pakan terkait
erat dengan jenis ternak, umur ternak, tingkat produksi. Konsumsi bahan kering
(DW) pakan ditentukan oleh tubuh ternak. Macam ransum, umur, penyakit,
lingkungan, kondisi ternak dan defisiensi nutrient tertentu (Tillman,1998).
Secara garis
besar bahan pakan dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu hijauan segar
dan hijauan kering. Hijauan segar meliputi semua
pakan yang diberikan berupa hijauan segar kepada ternak baik rumput alami
maupun rumput budidaya, contohnya rumput segar. Hijauan kering dan jerami kering. Berupa hijauan
pakan yang sengaja dipanen dan dikeringkan, dan juga berbagai jerami kering.
Mengandung serat kasar > 18 % dan dinding sel yang tinggi > 35 % dalam
bahan kering. Rendah kandungan energi, contohnya; hai rumput, hai hijauan, dan
jerami kering.
Selain hijauan kering dan hijauan segar, adapun pakan ternak yang
disediakan dalam bentuk tepung sebagai sumber protein (konsentrat protein).
Mengandung protein kasar > 20 %, contohnya tepung ikan, tepung kedelai,
tepung lamtoro, tepung bekicot, tepung gamal, bungkil kelapa, tepung putak dan
tepung kacang hijau. Sumber mineral (konsentrat mineral) meliputi berbagai
bahan pakan yang tinggi kandungan mineralnya, contohnya tepung mineral organik
(Zn-Cu ISOLEUNAT).
BAB III
MATERI DAN
METODE
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Waktu praktikum bahan pakan dan
formulasi ransum dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 14 Juni 2012 di
Laboratorium Kimia Pakan Fapet Undana pukul 08.00 sampai selesai.
3.2 BAHAN
DAN ALAT
·
Alat tulis menulis,
·
Kamera untuk mengambil gambar tanaman hijauan (rumput,
non rumput dan legume),
·
Kantong plastic untuk menyimpan jenis hijauan yang
akan diidentifikasi,
·
Gunting atau pisau untuk memotong sample hijauan yang
akan diidentifikasi.
·
Bahan pakan sebagai sumber protein yang disediakan
dalam bentuk tepung.
3.3 PROSEDUR
KERJA
·
Siapkan segala peralatan yang diperlukan,
·
Lakukan pengamatan terhadap terhadap jenis-jenis
hijauan yang ada disekitar kandang atau laboratorium pakan Fapet Undana (dua
jenis rumput, dua jenis legume dan dua jenis tanaman lainnya),
·
Ambil gambar tanamannya,
·
Ambil cuplikan hijauan dari jenis hijauan yang telah
diamati,
·
Lakukan identifikasi dan tuliskan nama dan sistematika
dari tanaman hijauan tersebut (Phylum,
Suphylum, Classis, Ordo, Sub ordo, Familia, Subfamilia, Genus, Spesies).
·
Melakukan identifikasi zat-zat antinutrisi,
pengaruhnya terhadap ternak yang mengkonsumsinya, serta mencaritahu bagaimana
cara mengeliminir zat-zat antinutrisi yang terdapat dalam pakan ternak
tersebut.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Banyak jenis hijauan makanan yang umum diberikan sebagai pakan ternak.
Pengenalan aneka hijauan pakan ternak yang meliputi rumput-rumputan dan legume
serta pakan sumber protein yang disediakan berupa tepung, merupakan bahasan
utama dalam bab ini.
A.
Rumput – Rumputan
Jenis-jenis rumput yang umum diberikan sebagai hijauan makanan ternak
adalah sebagai berikut:
1.
Rumput Raja atau King grass (Pennisetum purpureophoides)
ü Phylum: Spermatophyta
ü Suphylum: Angiospermae
ü Classis: Monocotyledoneae
ü Ordo:Glumiflorae
ü Sub ordo: -
ü Familia: Gramineaea
ü Subfamilia: Pennisetum
ü Genus:Peninisetum
ü Spesies: Pennisetum purpureum
Rumput raja
mempunyai karakteristik tumbuh tegak berumpun-rumpun, ketinggian dapat mencapai
≤ 4meter, batang tebal dan keras, daun lebar agak tegak, dan ada bulu agak
panjang pada helaian daun dekat ligula. Permukaan daun luas dan tidak berbunga
kecuali jika ditanam didaerah dingin. Rumput raja dapat tumbuh pada tanah yang
subur di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan curah hujan tahunan ≥
100mm. Produksi hijauan rumput raja dua kali lipat dari produksi rumput
gajahyaitu dapat mencapai 40 ton rumput segar per hektar sekali panen atau
antara 200-250 ton rumput segar perhektar per tahun.
2.
Rumput Grinting (Cynodon
dactylon)
Phylum: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Suphylum: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Classis:
Monocotyledoneae
Ordo:
Poales
Sub ordo: Commelinidae
Familia: Poaceae
(suku rumput-rumputan)
Subfamilia: Cynodon
Genus:Cynodon
Spesies: Cynodon dactylon
(L.) Pers.
Cynodon dactylon dapat dideskripsikan: tanaman tahunan yang berstolon, merumput
dengan rimpang bawah tanah menembus tanah sampai kedalaman 1m atau lebih bahkan
ada literature yang menjelaskan sampai padakedalaman 2 m. Lamina
melancip-memita, berlapis lilin putihkeabu-abuan tipis di permukaan bawah,
gundul atau berambut padapermukaan atas. Pelepah daun panjang, halus, berambut
atau gundul;ligula tampak jelas berupa cincin rambut-rambut putih. Bunga
tegak,seperti tandan. Bijinya membulat telur, kuning sampai kemerahan. Habitatnya
Cynodon dactylon adalah tumbuh paling bagus pada suhu di atas 24 °C.
Jenis initoleran terhadap kekeringan. Tumbuh paling baik pada tanahberdrainase
baik tetapi toleran terhadap banjir yang berkepanjangan.Toleran terhadap
kisaran pH tanah yang luas, tetapi pH optimal adalahdi atas 5.5. Juga toleran
terhadap kesuburan tanah yang rendah tetapitidak toleran terhadap naungan. Penyebarannya
selaindari akar yang dapat membuat rimpang dengan cepat juga melalui
buah.Penyebaran buah ini yang dapat meluas.
B.
Legum Pohon
Hijauan legume sangat penting dalam
ransum pakan ternak, karena merupakan sumber gizi dan sebagai persediaan pada
musim kemarau saat rumput sulit didapat.
1.
Lamtoro atau petai cina (Leucaena leucocephala)
ü Phylum: Spermatophyta
ü Suphylum: Angiospermae
ü Classis: Dicotyledoneae
ü Ordo:Leguminates
ü Sub ordo: -
ü Familia: Leguminoceae
ü Subfamilia: Papilionadeae
ü Genus:Leucaena
ü Spesies: Leaucaena leucocephala
Zat antinutrisi:
Lamtoro termasuk hijauan yang bernilai gizi tinggi namun pemanfaatannya sebagai
pakan ternak pemberiannya perlu dibatasi . Lamtoro mengandung zat
anti nutrisi
yaitu:
·
Asam
amino non protein yang disebut mimosin, yang dapat
menimbulkan keracunan atau gangguan kesehatan apabila dikonsumsi dalam
jumlah yang banyak dan terus menerus dalam jangka waktu yang cukup
lama.
·
Asam
sianida (HCN) yang berpengaruh buruk karena dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan
kelenjar tiroid pada ternak dan keracunan akut (mematikan) dan keracunan
kronis. Pada dosis rendah HCN yang masuk dalam tubuh ternak dalam jangka waktu
yang cukup lama dapat menurunkan kesehatan ternak .
·
Tanin
yang dapat menurunkan palatabilitas pakan lain penurunan kecernaan protein.
Namun adanya sejumlah tanin dalam lamtoro dapat mencegah kembung dan melindungi
degradasi protein yang berlebihan oleh mikroba rumen .
Cara
mengeliminir zat-zat antinutrisi:
·
Pencampuran
hijauan ini ke dalam hijauan lainnya adalah salah satu cara mengurangi resiko
keracunan pada ternak ruminansia.
·
Proses
pemanasan (pengeringan atau pelayuan) dapat meningkatkan pemecahan mimosin
menjadi DHP yang kurang toksik bahwa pengeringan sebaiknya dilakukan pada suhu
antara 55-700C, bila lebih tinggi dari 70°C menyebabkan terjadinya denaturasi
enzim . Perendaman lamtoro di dalam air panas pada suhu 60°C selama 3 menit
dapat mengubah mimosin menjadi DHP hanya terjadi pada daun, sedangkan pada
tangkai daun tidak terjadi penurunan .
·
Dianjurkan
penggunaan lamtoro segar sebagai pakan tambahan tidak lebihdari 40% dan 60%
hijauan lamtoro bila diberikan dalam keadan kering cincang.
2. Gamal (Gliricidia sepium)
ü Phylum: Spermatophyta
ü Suphylum: Angiospermae
ü Classis: Dicotyledoneae
ü Ordo:Leguminates
ü Sub ordo: -
ü Familia: Leguminoceae
ü Subfamilia: Papilionadeae
ü Genus:Gliricidia
ü Spesies: Gliricidia sepium
Zat antinutrisi: Gamal atau Gliricidia sepium adalah
tanaman leguminosa pohon yang dapat tumbuh dengan cepat didaerah tropis. Dapat
tumbuh pada berbagai macam tipe tanah dan pH rendah sampai tinggi (4,5-6,9)m
serta tahan terhadap curah hujan yang rendah sampai tinggi (50-100mm/bln).
Walaupun sangat bermanfaat bagi ternak, tingkat racun dalam gamal juga sudah
dikenal sejak lama karena gamal mengandung HCN, leumarin dan tannin. Pengaruh terhadap
ternak yang mengkonsumsi terjadinya penurunan bobot badan , penurunan kecernaan
protein dan dapat menimbulkan keracunan pada ternak.
Cara
mengeliminir zat antinutrisi: dilayukan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada
ternak. Beberapa literatur menyebutkan pelayuan selama 12 – 24 jam terbukti
meningkatkan kuantitas asupan pakan.
C. Pakan
Non Rumput Dan Non Legum
Pakan ini juga dapat diberikan pada ternak sebagai
pakan tambahan, antara lain sebagai berikut:
1.
Daun Singkong
Daun
singkong mengandung zat gizi tinggi dan dapat dijadikan sebagai pakan pokok
maupun tambahan terutama untuk ternak ruminansia. Pemberian daun singkong
sebagai pakan tambahan dapat mencapai pertumbuhan bobot badan yang tinggi .
Untuk ternak non ruminansia misalnya babi dianjurkan pemberian tepung daun
singkong dalam ransum sampai dengan tingkat 15% adalah lebih ekonomis . Oleh karena daun singkong mengandung asam
sianida, maka pemberiannya pada ternak adalah pada batas-batas tertentu.
Cara
mengelimir zat antinutrisi: Kandungan asam sianida dalam daun singkong dapat
dikurangi melalui proses penguapan (pengeringan, pelayuan dan penyimpanan lama)selama
72 jam, pelarutan dalam air (perendaman atau pencucian), perebusan serta
fermentasi . Di samping itu penambahan unsur S dan vitamin B 12 juga dapat
menurunkan pengaruh racun asam sianida.
Dengan
bantuan enzim rhodanase sianida yang terbentuk akan clikeluarkan melalui urine. Selain itu vitamin B 12 juga dapat membantu mengurangi
toksisitas asam sianida dengan cara mengubahnya melalui jalur Cyanocobalamine.
2. Daun papaya
D.
Pakan
Sumber Protein Dalam Bentuk Tepung
1) Tepung Ikan
Terdapat
beberapa cara yang dapat digunakan untuk membuat tepung ikan dari ikan segar.
Cara yang paling sederhana yaitu dilakukan penjemuran dibawah sinar matahari.
Metode ini dibeberapa wilayah masih digunakan dimana kualitas produknya lebih
rendah dibandingkan dengan menggunakan teknik modern. Sebagian besar proses
pembuatan tepung ikan melalui tahap
o
Pemanasan: Ketika
ikan dipanaskan, sebagian besar air dan minyak akan hilang. Air dan minyak ini
juga dapat hilang pada saat dilakukan pengepresan.
o
Pengepresan:
Pada tahap ini terjadi pemindahan sebagian minyak dan air. Ikan berada dalam
tabung yang berlubang, hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan tekanan dengan
bantuan sekrup.
o
Pengeringan:
Ada dua jenis alat pengering, yaitu alat pengering langsung dan alat pengering
tidak langsung. Pengeringan langsung menggunakan suhu yang sangat panas, yaitu
sampai 500oC. Metode ini membutuhkan waktu yang singkat, tapi akan
menyebabkan kerusakan yang lebih tinggi jika prosesnya tidak dilakukan secara
hati-hati. Tepung sebaiknya tidak dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi,
karena penguapan air yang cepat menyebabkan kondisi ikan mendingin, secara
normal produk dipanaskan pada suhu 100oC.
o
penggilingan
menggunakan mesin yang telah dirancang sebelumnya:
Langkah terakhir yang dilakukan dalam pembuatan tepung ikan adalah penggilingan
untuk memecahkan gumpalan-gumpalan atau partikel dari tulang dan dilakukan
pengemasan tepung ikan untuk selanjutnya dilakukan penyimpanan di dalam silo.
Dari tempat industri pengolahan tepung ikan, tepung ikan yang sudah siap jual
kemudian ditransportasikan.
Meskipun
prosesnya sederhana, akan tetapi pada prinsipnya membutuhkan keterampilan dan
pengalaman khusus untuk menghasilkan produk tepung ikan dengan mutu tinggi.
2) Tepung Bekicot
Tepung
bekicot merupakan usaha pengolahan daging bekicot supaya pemanfaatannya lebih
luas, terutama sebagai bahan tambahan pada makanan bayi. Penggunaan lain adalah
untuk bahan campuran pembuatan kerupuk dan makanan lain.
Cara
pembuatan tepung bekicot:
1. Potong tipis
daging bekicot siap olah;
2. Keringkan dengan
sinar matahari selama 16 jam atau menggunakan oven dengan suhu 500 ~ 550 C
selama 6 jam. Pengeringan dianggap selesai bila daging bekicot dapat dipatahkan
dengan tangan;
3. Tumbuk sampai
halus, kemudian ayak sampai diperoleh tepung bekicot.
3) Tepung
Mineral Organik (Zn-Cu ISOLEUSINAT)
Dengan cara "chelating" garam
metal terlarut dengan asam amino atau hidrolisat protein.
Zn merupakan salah satu jenis mikro mineral esensial yang
mempunyai peranan dalam regulasi berbagai reaksi metabolisme dalam tubuh
ternak. Seng juga merupakan salah satu mikro nutrien yang tidak beracun yang
tersebar merata dalam jaringan tubuh yang sangat penting bagi semua hewan,
karena terlibat dalam berbagai aktivitas enzim yang ada hubungannya dengan
metabolism karbohidrat, energi dan sintesa protein serta asam nukleat.
Disamping itu Zn juga terlibat dalam enzim yang berfungsi untuk transport CO2
dan karboksi peptidase yang ada hubungan dengan sekresi protease yang dibutuhkan
untuk pencernaan protein dalam usus. Lebih lanjut dinyatakan pula bahwa nilai
retensi nitrogen dan nilai hayatinya meningkat pada ternak yang mendapat ransum
kecukupan Zn, sehingga nitrogen yang digunakan oleh ternak sapi berdampak pada
perbaikan pertumbuhan. Defisiensi Zn dapat menimbulkan defisiensi nutrisi
esensial seperti vitamin dan asam lemak yang besar peranannya dalam proses
penyerapan zat-zat makanan dan secara keseluruhan akan tercermin pada
terjadinya penurunan produktifitas ternak. Seng (Zn) juga berperan dalam
mempercepat sintesa protein oleh mikroba melalui pengaktifan enzim-enzim
mikroba. Seng diabsorbsi melalui permukaan mukosa jaringan rumen, dan pada
konsentrasi rendah (5–10 mg/ml ) Zn menstimulir pertumbuhan ciliata rumen.
sPenambahan Cu juga dapat meningkatkan aktifitas bakteri
dalam mencerna serat kasar dan Cu ini dicampurkan dengan Zn. Selanjutnya juga
dilaporkan bahwa penambahan Zn dan Cu dapat meningkatkan produksi VFA.
Penambahan Zn-Cu proteinat kedalam ransum menurunkan NH3, meningkatkan
kecernaan bahan kering dan bahan organik, namun tidak berpengaruh terhadap
produksi VFA. Artinya Zn-Cu proteinat tahan terhadap degradasi oleh mikroba
rumen, tetapi dapat dihidrolisis oleh pepsin dipasca rumen. Penambahan Zn-Cu
isoleusinat dengan konsentrasi 3000 ppm Zn dan 500 ppm Cu pada level 2 % dapat
mengoptimalkan proses fermentasi in vitro.
Produk yang dihasilkan disamping menjadi penyedia asam amino dan mineral Zn dan
Cu di pasca rumen juga diharapkan dapat menjadi sumber asam lemak bercabang yang
dibutuhkan dalam sintesis bakteri selulolitik, sehingga dapat mengoptimalkan
kecernaan serat didalam rumen.
4) Tepung daun
Gamal
Untuk memperoleh tepung gamal dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Bersihkan
daun gamal dari tangkainya,
2. Jemur daun gamal
tersebut dibawah sinar matahari,
3. Penjemuran
dapat dihentikan apabila daun gamal tersebut kita remas dan hancur menjadi
tepung, dengan demikian kita sudah meperoleh tepung gamal tersebut.
5) Tepung
Jagung
Salah satu cara meningkatkan nilai tambah produk
jagung adalah dengan mengolahnya menjadi berbagai macam produk olahan yang bisa
tahan lebih lama. Selain sebagai makanan pokok, jagung potensial untuk
dikembangkan menjadi aneka produk baik produk olahan dari jagung segar maupun
produk setengah jadinya tepung jagung ( kasar)contohnya
tepung jagung kasar:
Proses Pembuatan
tepung jagung :
1.) Jagung
pipilan dipilih, yang keropos dibuang. Kemudian dicuci bersih dan ditiris supaya kering.
2.) Untuk
memudahkan pembuangan kulit bagian luar (pericarp) dilakukan perendaman, hal ini penting karena
penggilingan jagung utuh akan menghasilkan tepung yang kurang disukai terutama
menyangkut tekstur yang kasar.
3.) Jagung
yang sudah direndam kemudian dilakukan penggilingan. Proses penggilingan biasa
tidak dapat menghancurkan pericarp, tetapi hanya memecah
saja.Perbedaan
komposisi antara endosperm dengan pericarp yang kaya serat juga berpengaruh
dalam tekstur.
6) Dedak
Dedak atau nama lainnya bekatul
dapat kita peroleh dari sisa hasil penggilingan padi. Dedak tersebut ada yang
kasar dan ada yang halus, namun yang biasa diberikan untuk ternak dalam
pencampuran ransum adalah dedak halus.
7) Tepung Daun
Lamtoro
Untuk memperoleh tepung lamtoro
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Bersihkan
daun lamtorodari rantingnya,
2. Jemur daun lamtoro
tanpa dilepas tangkainya dibawah sinar matahari,
3. Penjemuran
dapat dihentikan apabila daun lamtoro tersebut kita remas dan hancur menjadi
tepung, dengan demikian kita sudah meperoleh tepung daun lamtoro tersebut.
8) Bungkil
Kelapa
Untuk memperoleh bungkil kelapa,
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Buah kelapa
dibersihkan dari cangkangnya,
2. Setelah
bersih, kelapa tersebut di parut,
3. Setelah
diparut ditambahkan sedikit air lalu diperas.
4. Hasil
perasan dari kelapa tersebut dimasak.
5. Dalam proses
pemasakkan, apabila minyak dari kelapa tersebut sudah terpisah dari ampasnya,
maka segera kita angkat dan pisahkan antara ampas dan minyak.
6. Ampas dari
minyak kelapa yang dimasak tersebut diperas lagi untuk memperoleh bungkil
kelapa yang kering,
7. Dengan
demikian kita dapat memperoleh bungkil kelapa tersebut.
9) Tepung
Kedelai
Kedelai
merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar
Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang
kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Berasal dari daerah Manshukuo
(Cina Utara).
Klasifikasi
tanaman kedelai sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species :Glycine max (L.) Merill
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species :Glycine max (L.) Merill
Untuk
memperoleh tepung kedelai dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
1.
Kedele utuh disangrai dengan tujuan
untuk menghilangkan zat antinutrisi pada kedelai tersebut, yaitu zan
antitrypsin. Zat ini dapay menghambat proses kerja dari enzim tripsin pada
ternak yang mengkonsumsinya dalam keadaan segar (belum di sangria).
2.
Setelah di sangrai kedelai tersebut
digiling menjadi tepung untuk diperoleh tepung kedelai.
10) Tepung
Kacang Hijau
Cara pembuatan tepung kacang hijau:
1.
siapkan bahan ( kacang hijau)
2.
cuci bersih bahan ( kacang hijau)
3.
tiriskan dan jemur sampai kering
4.
setelah kering kita shangrai sebentar
bahan ( kacang hijau)
5.
bahan ( kacang hijau) yang sudah
dishangrai kita blender atau bisa juga kita tumbuk manual
6.
setelah halus kita saring
7.
sisa disaringan bisa kita blender atau
tumbuk kembali sampai halus kemudian saring lagi
8.
ulangi sampai sisa disaringan habis.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
hijauan makanan ternak (rumput dan legume serta pakan sumber protein dalam
bentuk tepung) sangat penting bagi pertumbuhan ternak dalam peningkatan bobot
badan. Namun dalam pemberiannya perlu diperhatikan secara baik
kandungan-kandungan dalam pakan tersebut. Sebab di antara pakan yang telah
diuraikan diatas, banyak pakan yang mengandung zat antinutrisi tinggi yang
dapat mengakibatkan keracunan bagi ternak yang mengkonsumsunya. Oleh karena
itu, Perlu diketahui dan dipelajari tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk
menghilangkan zat antinutrisi tersebut. Sehingga dalam pemberiannya tidak dapat
menimbulkan efek yang tidak menguntungkan bagi ternak.
Pakan yang berkualitas baik atau mengandung gizi yang
cukup akan berpengaruh baik terhadap ternak tersebut, yaitu tumbuh sehat, cepat
gemuk, berkembangbiak dengan baik, jumlah ternak yang mati akan berkurang serta
jumlah anak yang lahir dan hidup sehat sampai disapih akan meningkat.
5.2 SARAN
v Untuk
Pengasuh Mata Kuliah Bahan Pakan Dan Formulasi Ransum, agar dapat meneruskan
praktikum ini untuk mahasiswa dan mahasiswi pada angkatan-angkatan berikutnya,
sehingga mahasiswa dan mahasiswi dapat mengidentifikasi pakan ternak yang
berkualitas.
v Untuk
mahasiswa dan mahasiswi, apabila ada praktikum seperti mengidentifikasi bahan
pakan ternak, perlu adanya keseriusan dan konsentrasi dalam menjalankan praktek
ini, karena sangat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan kita sebagai mahasiswa dan
mahasiswi lulusan Fakultas Peternakan.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Askar, S. dan Nina Marlina . 1997 . Komposisi kimia beberapa hijauan
pakan . Bulletin Teknik Pertanian . 2 (1) : 7 - 11 .
2.
Budiman, H. dan Syamsimar Djamal . 1994 . Hijauan Pakan Ternak. Pusat
Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, Bogor . Hal 19.
3.
Factsheet - Cynodondactylon,
http;//indonesia.tropicalforages.info/key/Forages/M...,diunduh 31/05/11 08:00
Plantamor,Grintingan (Cynodondactylon).http;//www.plantamor.com/index.php?plant=438diunduh
01/06/11 09:23 Prohati -Keanekaragaman Hayati Tumbuhan
Indonesia,http;//www.proseanet.org/prohati2/browser.php?do... diunduh 31/05/11
08:26 Wikipedia, the freeencyclopedia.
http;//en.wikipedia.org/wiki/Cynodon_dactylondiunduh 31/05/11 07:45 Wong
Grinting.Filosofi
Grinting,http;//wonkgrinting.blogspot.com/2009/06/filosofi-gr...diunduh
31/05/11 08:35
4.
Haryanto, B. dan A. Djajanegara. 1993 . Pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan
ternak ruminansia kecil . Sebelas Maret University Press. HalM192-194. 1 1 4
5.
Jones, R.J. 1979. The value of Leucaena leucocephala as a feed for
ruminants in tropics . World Anim . Rev ., No . 31 . Hal 13-23 .
6.
Lowry, J .B . 1982. Detoxification of leucaena by enzymatic or
microbial processes . in Proc. Leucaena Research in the Asian-Pacific Region . IDRC,
211-e . Hal 49-54 .
7.
Manurung, T . 1996 . Penggunaan hijauan leguminosa pohon sebagai
sumber protein ransum sapi potong. Jumal Ilmu Ternak dan Veteriner . 1(3) : 143-147
.Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997
8.
Mathius, I.W. 1993 . Tanaman lamtoro sebagai bank pakan hijauan yang berkualitas
untuk kambing- domba . Wartazoa . 3(1) : 24-29.
9.
Semali, A . dan I . W. Mathius . 1984. Pengaruh penambahan daun
Iamtoro pada ransum domba terhadap konsumsi dan daya cerna ransum . Proc. Domba
dan Kambing di Indonesia . Puslitbangnak . Hal 8-11 .
10.
Siregar, B. 1994 . Ransum Ternak Ruminansia . Penebar Swadaya .
Jakarta . Hal 16. Sitorus, S .S. 1987 . The effect of Ieucaena suplementation
to napier grass and rice straw based diets for growing goats and sheep. Ilmu
dan Peternakan . 3(2) : 75-78.
11.
Tangendjaja, B . and J .B. Lowry. 1984 . Peranan enzym di dalam daun
lamtoro pada pemecahan mimosin oleh ternak ruminansia. Proc. Pertemuan Ilmiah
Penelitian Ruminansia Kecil . Puslitbangnak . Bogor. Hal 12-15.
12.
Toruan Mathius, N . dan D . Suhendi . 1991 . Potensi kultivar Leucaena
diversifolia terseleksi sebagai pakan ternak . Menara Perkebunan . 59 (4) : 118-122
.
13.
Tillman, A.
D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S. Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
14.
Utomo, R dan
Soedjono, M. 1999. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan UGM.
Yogyakarta.
Dear Charolina Deko, sekadar saran, Klo bisa tulisannya dikasi warna putih saja...
BalasHapusBisa copy tulisanmua untuk taruh juga di blog saya?
Saya akan cantumkan namamu disana sebagai sumber bahan..